Minggu, 23 Februari 2014

Sebuah Pesan, Kita Harus Berbagi

Bismillah...

“---sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”
            Sebuah hadits yang sudah saya bold beberapa waktu lalu, kembali digarisbawahi di pertemuan hari ini. Mungkin itulah cara Allah untuk selalu mengingatkan, agar menjadi orang yang terus bermanfaat. Sebuah perjalanan dan hari yang full agenda keren di hari minggu ini. Tapi keletihan itu tidak terasa, karena saya merasa bahagia saat menutup hari ini. Yeay, I got many lessons today J.
            Hari sabtu malam, saya nginep di kost salah seorang teman, dengan rencana ingin belajar IELTS dan pergi bersama ke agenda esoknya. Teman saya memasak menu tumis toge+bakso spicy, akhirnya bisa juga mencicipi rasa masakan rumah yang nggak manis, hehe. Malam itu, kami juga bercerita banyak hal, dan ternyata pernah mengikuti satu event yang sama dengan mbak ini, MTQM Makassar, kami mengulang memori itu, sambil tertawa---lepaas J.
            Paginya, kami bersiap berangkat ke sebuah agenda pagi di Salman, dan dilanjutkan dengan agenda bertemu dengan teman-temen di Pusdai sampai zuhur. Salah seorang teman saya bercerita tentang sosok inspirasi Ibu Septi Peni Wulandari, seorang ibu rumah tangga, yang menolak menjadi PNS karena ingin menjadi ibu bagi anak-anaknya. Ibu ini mendidik anaknya dengan cara yang tidak biasa, ia mendidik ke arah kemandirian sejak kecil. Jadi, memang menjadi seorang ibu itu mesti dituliskan visi-misi nya ya, bukan sekedar menjadi ibu yang biasa saja.
            Setelah zuhur, saya berangkat menuju BCCF, untuk menghadiri acara Social Innovator Talks. Saya sangat bersyukur bisa hadir di acara ini, diberikan kesempatan untuk dapat bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi dari berbagai komunitas atau biasa disebut “Social Innovator”.
            Pembicara pertama adalah Bapak Masril Koto, dari namanya saja, kita sudah bisa menebak kalau Bapak ini berasal dari “Urang Awak” alias orang Sumatra Barat. Uda Masril merupakan penggerak Bank Tani, semacam bank yang dibuat untuk para petani di daerahnya, dari petani untuk petani, dengan total 580 unit bank, dan 1500 anak petani yang bekerja disana (Great!). Hal yang memotivasinya untuk membuat ini, untuk menjawab permasalahan para petani dalam bidang finansial. Bank ini memiliki berbagai jenis tabungan, ada tabungan ibu hamil, tabungan pendidikan, tabungan kepemilikan ipad, tabungan niat naik haji (Uda Masril, berkata bukankah kalau baru berniat saja sudah dicatat Allah), tabungan ini dapat dibuka dengan modal awal 5ribu rupiah saja, sangat berbeda dengan tabungan haji biasa J, hehe. Hukum yang berlaku pada bank ini adalah Hukum Adat, jadi kalau ada yang tidak membayar, diumumkan di masjid pada hari Jum’at, kemudian panci dan kualinya disita. Kedepannya Uda Masril, berencana membuat asuransi petani, semoga lancar dan semakin manfaat J.
            Pembicara kedua, adalah Bapak Eko, dari SyamsiDhuha Foundation, yaitu kegiatan mengedukasi para penderita Lupus. Pak Eko membuka pembicaraan dengan “Miracle of Love”, dimana cinta itu selalu membuahkan keajaiban. Hal yang melatarbelakangi kegiatan ini, pada tahun 1959, istrinya(Ibu Dian Syarif) terserang penyakit lupus(sistem imun tidak berfungsi dengan baik, dan malah menyerang penderita). Keadaan ini, malah membuat mereka tergerak untuk berbagi semangat ke penderita lupus yang lain, dengan satu semangat “ Never Give Up”. Ibu Dian, juga berkata “Lupus make my life more meaningful”. Saya belajar dari Pak Eko dan Bu Dian bahwa memang hidup tidak selalu sesuai dengan harapan kita, tapi berbagi membuat hidup kita menjadi lebih berarti.
            Pembicara ketiga adalah Bapak Iskandar Founder IBEKA dan Patriot Bangsa. Bapak ini menjelaskan tentang 2 tipe manusia, yang pertama adalah yang berwarna hitam, yaitu orang yang selalu memikirkan keuntungan saja (profit, sedangkan yang kedua adalah yang berwarna kuning, yaitu orang yang berbagi dengan mengembangkan emphathy-skill nya. Terakhir kami bernyanyi lagu Indonesia Raya bersama. Bapak ini menekankan 1 hal, dengan berbagi kita menjadi kaya.
            Pembicara keempat adalah Bapak Walikota Bandung (Bapak Ridwan Kamil/Kang Emil). Penampilannya yang selalu khas dengan kacamata dan senyum ramah, dan mungkin inilah yang membuat masyarakat bandung mencintai sosok pemimpin muda ini. Kang Emil, membuka pembicaraan dengan menceritakan pengalamannya menyerahkan penghargaan beberapa waktu lau pada acara Kick Andy Heroes,
“Ada 1 penerima penghargaan yang sangat menginspirasi saya, seorang yang mencangkul tanah ± 5 km, selama 30 tahun, hal ini dilakukan untuk mengalirkan irigasi di daerahnya”.
            Manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain lanjut Kang Emil, Sociopreneur adalah salah satunya. Selain itu, Kang Emil juga bercerita bahwa menjadi Sociopreneur adalah menjadi lokomotif yang akan menggerakkan gerbong-gerbong. Kang Emil berkata, bahwa menjadi seorang pemimpin itu, butuh kesabaran tingkat dewa, dan jangan pernah terlalu mendengarkan celetukan-celetukan orang lain, kata beliau sambil bercerita tentang kisah orang yang naik keledai, kompasnya adalah hati nurani kita, tanyakan pada hati J.
            Banyak hal yang saya pelajari hari ini, bahwa sejatinya hidup itu adalah untuk berbagi, dan bermanfaat bagi orang lain J.
Mari Berbagi J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar