Tiada kata seindah
syukur. Sebuah kata yang mudah diucapkan, namun aplikasinya tak semudah itu. Alhamdulillah ‘ala kulli haal, segala
puji hanya bagi Allah untuk segala hal. Terkadang di hati ini masih banyak
menyesali atas apa yang terjadi pada diri kita, padahal yang terpenting adalah
apa yang cocok menurut Allah, bukan
apa yang cocok menurut kemauan kita. Segala sesuatu yang terjadi pada kita
adalah baik, selalu ada hikmah baik dibaliknya. Hanya terkadang kita yang
terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu. Ada sebuah cerita mengenai ini yang
menarik untuk diambil ibroh-nya.
Di
sebuah desa, ada seorang kakek yang memiliki seekor kuda putih yang amat
menarik, sehingga banyak penduduk desa yang tertarik ingin memilikinya.
Beberapa penduduk desa mencoba meminta untuk membeli kuda tersebut kepada sang
kakek, akan tetapi ditolak oleh sang kakek. Hingga pada suatu hari, kuda
tersebut hilang. Penduduk desa mengasihani sang kakek ”wah kasihan sekali kakek itu, kuda satu-satunya hilang”, sang kakek
menjawab dengan sangat sederhana ”jangan
terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu”.
Hari
demi hari berlalu dan pada suatu hari kuda itu kembali dengan membawa kawanan
kuda liar lainnya. Penduduk desa kembali berkomentar “wah beruntung sekali kakek itu sekarang ia memiliki kawanan kuda yang
banyak”, sang kakek berkata “jangan
terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu”.
Kuda
liar tersebut harus dilatih dan dijinakkan, maka cucu laki-laki sang kakek itu
berusaha melatihnya. Akan tetapi pada saat melatih kuda-kuda tersebut, cucu
kakek tersebut terjatuh dari kudanya, kakinya patah, sehingga harus dirawat,
sekarang kakek itu sendirilah yang merawat kuda-kudanya. Penduduk desa kembali
berkomentar “kasihan sekali kakek itu, ,
cucunya terjatuh dari kuda dan kakinya patah, mungkin akan lumpuh seumur hidup”.
Kakek itu berkata ”sudah aku katakan
jangan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu”.
Beberapa
waktu kemudian, datanglah kelompok perampok ke desa sang kakek. Semua anak
lelaki yang sehat dibawa oleh para perampok itu, penduduk desa bersedih, karena
anak-anak mereka dibawa. Mereka berkata “beruntung
sekali kakek itu, cucu kakinya patah sehingga tidak dibawa oleh para perampok,
sedangkan kita kehilangan anak-anak kita”. Sang kakek lalu menjawab, ”kenapa kalian tak juga bijaksana, sudah aku
katakan jangan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu”. (disarikan dari
Inspirasi Toni Raharjo @MQ FM)
Hidup
ini perjalanan panjang, 1 hari bagaikan satu halaman dari ribuan halaman novel,
jangan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita.
Yakinlah selalu ada hikmah baik dibaliknya, tugas kita hanya bergantung kepada
Allah setiap harinya, dalam harap dan takut kita…bersyukur…apapun yang menimpa
kita, itu yang terbaik menurut Allah.
Allah telah
menjanjikan pada kita “barangsiapa yang
bersyukur kepada Allah, maka akan Allah tambah nikmat Nya”. Bersyukur jika
diberi rejeki, jangan ngedumel, jika bersyukur maka nikmat itu akan semakin
terasa berkahnya, namun apabila tidak bersyukur, Allah cabut nikmat keberkahan
itu…Naudzubillahi min dzalik…
Bersyukur itu seperti
disebutkan dalam QS. Al-Kautsar “…fasholli
lirobbika wanhar” dengan shalat dan berkurban, karena sejatinya syukur itu
wujud keimanan seseorang kepada Allah. Manifestasinya berupa memanfaatkan
segala yang terbaik yang telah Allah berikan kepada kita untuk beribadah kepada
Allah.
Alhamdulillah
‘ala kulli haal Ya Allah…
*disarikan dari
Kajian Pagi MQ FM 14 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar