Pagi yang cerah, semangat yang
membuncah... Sudah lama sekali aku tak mengunjungi dusun itu, kalo tak salah
hitung sudah 3 bulan aku tak kesana. Tak tahu kenapa ada perasaan rindu untuk
bertemu mereka, ingin menyapa mereka, ingin berbagi senyum bersama mereka.
Kami berangkat jam 7.30 dari Unja
Mendalo menuju daerah Suku Anak dalam yang berada di kabupaten tetangga, yaitu
kabupaten Batanghari. Tak terasa sudah 2 tahun aku dan teman-teman melakukan
program pengabdian masyarakat di daerah itu. Hari ini, kami menjalankan program
Rimba Ecoskul, yaitu program comdev di bidang pendidikan, dimana kami mengajak
anak-anak SAD untuk belajar bersama menjaga lingkungan dan budaya mereka.
Aku berangkat bersama 10 orang
teman-teman tim Rimba Ecoskul, rata-rata anggota tim ini adalah adik tingkatku,
tetapi mereka memiliki semangat yang patut diacungi jempol, sangat luar biasa.
Kami berangkat menuju kabupaten Batanghari, aku di bonceng oleh adik tingkatku
Niki, dia mengendarai motornya dengan kecepatan 80 km/jam, really
fast....karena kecepatan yang luar biasa ini, akhirnya kami sampai di Dusun
Senami jam 9.30, artinya tepat 2 jam perjalanan.
Sampai di daerah Senami, hal yang
pertama kali kami lakukan adalah “isi bensin” di rumah buk Kadus, karena
ternyata banyak diantara kami yang belum sarapan. Aku tahu ini, salah satunya
karena komitmen waktu yang telah kami tetapkan sebelumnya, jam 7 teng ngumpul
di depan Unja, ontime. Komitmen ini cukup membuahkan hasil, tetapi efeknya
banyak yang tidak sarapan, cukup lama kami berada di rumah Bu kadus, dan
ternyata kami 11 orang menghabiskan 34 gorengan, Amazing
J.
Perjalanan dilanjutkan, menuju
posyandu untuk mengajak anak-anak bermain bersama di Rimba Ecoskul.
Alhamdulillah, surprise, ternyata mereka ramai yang hadir sekitar 19 orang. Ada
satu hal lagi yang sangat menggelitik hatiku, mereka berteriak kepada kami
kalau mereka mau belajar, aku tertegun, salut.
Kami pun mulai mengajak mereka
berkumpul di Posyandu, mulai dari mengajak mereka berkenalan, dan melihat
ekspresi wajah-wajah polos mereka. Lalu kami juga mengajak mereka bernyanyi
Naik-naik ke Puncak Gunung yang dirubah liriknya :
Main-main ke Dusun Senami
Indah indah sekali
Kiri kanan kulihat saja
Banyak hutan yang hijau
Banyak hal lucu yang terjadi, ada anak yang suka
membuat pantun, tetapi pantunnya agak rada-rada aneh, karena rata-rata
pantunnya berkisah tentang percintaan. Wah, ini PR buat kami bagaimana agar
mereka kembali ke kodrat anak-anak,hehe. Ada juga anak yang sangat bersemangat
bernyanyi, dan ternyata disini aku baru menyadari kalau dunia anak-anak itu
menyenangkan, mereka bebas berekspresi, bebas mengeluarkan semuanya, tanpa
beban,. Aku suka mereka.
Setelah letih bermain-main, kamipun mengajak mereka
untuk mencintai lingkungan mereka, satu yang kami tanamkan hari itu, buang
sampah pada tempatnya. Dan mereka, ternyata sangat mudah untuk diajari, apa
yang kami berikan langsung diterapkan saat itu juga. Two Thumbs Up!!!
Kamipun melanjutkan perjalanan ke daerah Bor 8, disana
lebih banyak komunitas Suku Anak Dalam. Aku bersama teman-teman menelusuri
jalanan setapak yang sangat rindang menuju ke daerah Bor 8. Sampai disana, kami
mencari rumah kepala adat yang baru, setelah menemukan, kami pun membicarakan
maksud kedatangan kami kesana, niat kami disambut dengan antusias oleh kepala
adat, dan ia menyarankan kami untuk mengunjungi rumah warga disana, untuk
bersosialisasi.
Apa yang kami dapatkan?
180 derajat dari yang kami dapatkan sebelumnya,
anak-anak disini takut bertemu kami, mereka berlari saat akan kami ajak bicara.
Keadaan ini, cukup membuat kami bingung, bagaimana mungkin akan mengajak mereka
belajar bersama, diajak berbicara saja lari...
Tetapi kami yakin ini tantangan baru bagi kami...
New Challenge in the Next Time J
Ganbatte Kudasai!