Hari minggu merupakan hari
yang ramai dan macet untuk kawasan Monumen Perjuangan hingga Gedung Sate
Bandung. Pasar tumpah atau biasa disebut Gazibu yang biasa digelar setiap pagi
minggu hingga pukul 13.00 siang menjadi penyebabnya. Kosanku yang berada tepat
di belakang Monumen otomatis terkena imbas ramai-macet ini. Seperti biasa
jadwal mengajiku juga tepat di hari ini, pukul 13.00, Aku bersegera berangkat menyusuri
keramaian pasar. Beberapa penjual sibuk membereskan dagangannya, yang lain
masih sibuk melakukan transaksi jual–beli dan menawarkan dagangannya kepada
para pembeli. Akhirnya Aku mendarat juga di angkot, setelah menembus labirin keramaian pasar. Perjalanan
menuju PUSDAI agak sedikit memakan waktu, karena kondisi jalanan yang macet.
Akhirnya Aku sampai di
PUSDAI, disana sudah ada teman yang menanti. Singkat cerita kami melingkar hari
ini. Agenda berjalan seperti biasa, hingga tibalah waktunya tausiyah. Seorang teman,
memulai bercerita dari pengalamannya yang terasa tak jauh juga dari pengalaman
kami.
Kita mungkin pernah sangat
menginginkan sesuatu, istilahnya “kekeuh sekali” menginginkan sesuatu
itu, hingga kita-pun berusaha keras untuk mendapatkannya. Di satu waktu
Allah-pun menjawab keinginan kita, Allah mengabulkannya. Terkadang kita lupa, kita
beranggapan bahwa “karena usaha yang kita
lakukanlah hal itu terjadi”, sekalipun kita tahu persis bahwa hanya karena
izin Allah-lah segala sesuatu terjadi. -Astaghfirullah.
Tapi di sisi lain saat
Allah belum mengabulkan keinginan kita, kita-pun terkadang kecewa. Padahal kita
seharusnya menyadari bahwa segala sesuatu itu terjadi hanya atas izin Allah,
dan segala hal yang terjadi pada diri kita adalah yang terbaik dari Allah,
sekalipun hal itu terlihat kurang baik dari sudut pandang kita untuk saat ini-Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.
Tawakal itu diawal, bukan
diakhir. Seperti saat kita akan keluar rumah, kita mengucapkan “bismillahi tawaqqaltu ‘alallah la haula wa
laa quwwata illa billah”, bukan saat kembali ke rumah kita berdoa seperti
itu. Kembalikan segala urusan pada Allah-tawakal, karena tidak ada kekuatan
selain dari Allah.
Tugas kita hanya bersyukur-bersyukur-bersyukur saja.
Karena Nabi Muhammad saja yang telah dijamin syurga oleh Allah, melakukan ibadah
dengan segala ketaatan karena kesyukurannya.
Terakhir, berdoa, dan
minta doalah kepada orang tua kita, doakan anak keturunan kita dari sekarang.
Seperti Nabi Muhammad SAW, yang merupakan jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS, -Mashaa Allah.
Tausiyah ini akhirnya
berisi sesi curcol, yang berakhir dengan berita bahagia dari seorang teman.
Rencana Allah memang selalu indah, dan segala sesuatu terjadi hanya karena izin
Allah. Cukuplah Allah sebagai penolong kita J.
****
Teringat saat-saat Aku
sangat ingin kuliah di keluar negeri, dan ibu tidak mengizinkannya. Bagaimana Aku
begitu kekeuh saat itu bermohon
meminta izin untuk mengikuti wawancara beasiswa Turki, dan ibu tetap menjawab
tidak. Hingga Aku nekat tetap mengikutinya. Cukup halus, Allah menegurku
melalui pewawancara yang tiba-tiba bertanya:
“Apakah
orang tua Anda mengizinkan untuk kuliah di Turki?”
Dari sana Aku seolah mendapat
tamparan yang keras. Ingat, ridha Allah bergantung ridha orang tua.
*Bandung, 04 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar