Tentang Karangsambung
Daerah Karangsambung merupakan tempat
terhimpunnya beraneka jenis batuan, berukuran kerikil hingga sebesar bukit,
yang berasal dari sejarah dan umur yang berbeda-beda. Batuan yang terhimpun ini
bercampur aduk sedemikian rupa oleh proses geologi selama kurun waktu dalam
skala jutaan tahun. Campur aduk batuan yang demikian rumit itu diberi istilah “mélange”. Namun sesungguhnya, batuan itu
berasal dari kelompok batuan pembentuk lempeng benua dan pembentuk lempeng
samudera. Bahannya tentu saja berasal dari dalam perut bumi sendiri.
Bagaimana batuan lempeng samudera dan batuan
lempeng benua bercampur menjadi satu, dapat dijelaskan dengan teori tektonik
lempeng. Menurut teori tektonik lempeng, kulit bumi tersusun oleh
lempeng-lempeng yang bersifat mobile,
bergerak satu sama lain saling menjauh, berpapasan atau bertabrakan. Kecepatan
pergerakan lempeng ini diketahui rata-rata 10 cm per tahun. Bila dua lempeng
bertabrakan pada zona pertemuan dua lempeng, terjadi akumulasi batuan berasal
dari kedua belah pihak, batuan lempeng benua dan batuan lempeng samudera.
Bukti-bukti adanya pertemuan antara lempeng
benua dengan lempeng samudera, salah satu yang terkenal di dunia dapat kita
jumpai di daerah Karangsambung ini. Teori Tektonik Lempeng menjelaskan pembentukan
batuan di Karangsambung. Penemuan pertama batuan tua di Karangsambung yang
disebut sebagai batuan Pra-Tersier di Pulau Jawa ini dilaporkan oleh peneliti
geologi Belanda, R.D.M. Verbeek dan R. Fennema pada 1881. R. Fennema - yang
membantu R.D.M. Verbeek - merasa beruntung untuk pertama kali menemukan “tanah
dasar Pulau Jawa,” yaitu batuan, di atas mana terletak batuan sedimen dan
batuan gunung api yang lebih muda. Sedangkan tulisan R.D.M. Verbeek, 1891,
menyangkut penemuan fosil Nummulites
dan Orbitulina dari Luk Ulo, Jawa
Tengah. Setelah hampir 100 tahun kemudian batuan tua itu diukur umurnya, dan
menunjukkan angka 117 juta tahun (Ketner, dkk., 1976). Setelah daerah ini
dipetakan oleh Ch.E.A. Harloff (1933), baru setelah Perang Dunia Kedua daerah
ini kembali menjadi objek penelitian (Tjia, 1966; Asikin, 1974). Sukendar Asikin
adalah orang pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan
Teori Tektonik Lempeng (sumber:
geomagz.com).
Karang-karang yang
Tersambung
Karangsambung merupakan laboratorium geologi
yang terdiri dari ruang-ruang kelas dengan papan tulisnya berupa singkapan-singkapan
yang menampilkan berbagai jenis batuan. Ruang kelas yang beratapkan langit,
beralaskan bebatuan. Lebih tepatnya Aku ingin mengatakan bahwa ini bukan
sekedar ruang kelas biasa, terkesan seperti TKP dan kita bertindak
sebagai DETEKTIF-nya. Detektif yang bertugas menyelidiki kejadian serta
kronologis apa yang telah menimpa bebatuan tersebut. Batu-batu itu meninggalkan
pesan di tubuhnya berupa clue yang
harus dibaca oleh para detektif. Yah, ini kisah tentang batuan dan detektif batu dalam sebuah
kuliah lapangan yang berdurasi 34 hari, untuk memecahkan kasus karang-karang
yang tersambung :D (Yeay!!!).
 |
Bismillah..Ganbatte! |
Keberangkatan
Bandung (Malam, 13 Mei 2015)
Kuliah lapangan ini diikuti oleh 99 peserta yang terdiri dari
mahasiswa S1 dan 12 orang mahasiswa S2 yang berasal dari S1 non-geologi,
termasuk Aku J. Kami berangkat menuju Karangsambung tepat jam 10 malam dari kubus
ITB dengan menggunakan 2 bis besar dan 1 bis kecil. Belum 1 jam berada di dalam
bis, rata-rata penghuni bis mulai terlelap, begitupun dengan Aku, mungkin ini
efek kelelahan karena hari-hari sebelumnya yang terasa begitu padat oleh UAS.
Kondisi bis teramat padat oleh barang-barang peserta yang berjubel
(maklum 1 bulan akan pindah kosan :D). Aku yang berada di bis kecil-pun sedikit
merasa sesak nafas dengan kepadatan ini, namun tetap berusaha menikmati
perjalanan.
14 Mei 2015
Kurang lebih jam 10 pagi, akhirnya kami mendarat di kebumen (kota
kabupaten). Sambutan pertama adalah suasana panas yang terik, benar-benar suasana
yang berlawanan dari Bandung. Sesampainya di Kebumen, kami harus berganti
kendaraan dengan bis yang lebih kecil, karena katanya jalanan menuju
karangsambung tidak bisa ditempuh dengan bis besar. Angkutan ini dicat
warna-warni dan hiburan full dangdut,
beberapa peserta berdiri karena bis ini memang tidak menyediakan banyak tempat
duduk.
 |
Bis warna-warni full dangdut |
Akhirnya sampai jugalah kami di kampus LIPI Karangsambung tepat
pukul 11. Selanjutnya untuk menuju lokasi asrama, kami harus menaiki tangga shaolin yang cukup melelahkan. Alhasil
sampai diatas, kucel, berkeringat, belum mandi, dan mesti mencari keberadaan
koper masing-masing(*huaaa L). Setelah selesai mendapatkan koper diantara ribuan koper, Aku bergegas menuju panitia, untuk menanyakan posisi
asrama dan kamarku, jeng---jeng, daaaan......Aku ditakdirkan berada di asrama
PENOSOGAN kamar C-02 (tanpa melalui seleksi topi asrama ala-ala harry potter,
hihi).
 |
Tangga Shaolin yang fenomenal itu :D |
Sesampainya di asrama kami beberes-beres bersama. Oya penghuni C-02
ada empat orang cewek-cewek cute, yang
terakhir baru kukenali masing-masing ke-alay-an nya (*peace :P). Aku, Norma,
Andini dan Dita “Amel”. Apalagi saat kejadian tokek masuk kamar kami, semua
menunjukkan kehebohan masing-masing, teriak-teriak gak jelas, hihi, abisnya
tokeknya besar banget, warna-warni lagiii...hiiii :D (yang kayak-kayak gini
neeeh-Andini’s style). Asrama ini tergolong sangat layak terdiri dari 2 tempat
tidur bertingkat, dengan 1 meja dan 1 lemari, nyaman, tetapi sayang hanya bisa
kami huni beberapa jam sajaaa T_T setiap harinya.


Atribut
Setiap peserta memperoleh senjata untuk menjalankan misi
detektifnya. Peralatan yang tidak boleh tertinggal saat ke lapangan, tidak
boleh hilang saat berada dilapangan, intinya “sangat berharga”. Senjatanya
berupa kompas geologi, palu geologi, peta daerah Karangsambung, Lup, HCl, topi
lapangan, buku catatan lapangan (BCL), nametag,
dan macem-macem alat lain yang menyertai. Kalau kata salah seorang dosen,
layaknya senjata, kita harus bisa mengenali dan faham bagaimana cara
menggunakannya, karena kalau tidak faham senjata itu tak akan membatu kita
dalam tugas kedetektifan ini.
Oh ya ada lagi yang menarik disini, tentang adab makannya. Kalo ini
beneran ala-ala sekolahnya harry Potter (Hogwarts). Tempat makannya berada di
Aula yang terletak ditengah kampus LIPI, disana telah tersedia meja yang berisi
piring-piring beserta hidangan makanan yang jumlahnya sesuai dengan jumlah
peserta dan dosen. Sebelum makan semua peserta harus lengkap berjumlah 99 orang,
kalau tidak lengkap makan tidak boleh dimulai. Untuk mengkondisikan para
peserta ini merupakan salah satu tugas gelondong (pemimpin cowok) dan gelinding
(pemimpin cewek). Aku masih mengingat suara serak khas sang gelinding yang
selalu berteriak di asrama puteri, dan terkadang ia harus mengetuk pintu kamar
satu-persatu untuk mengumpulkan kami semua *big thanks gelondong-Dida dan
gelinding-Cindytami:D. Setelah semua peserta lengkap, barulah sang gelondong
dan gelinding memanggil para dosen untuk makan ke Aula. Saat para dosen
memasuki Aula, seluruh peserta langsung berdiri, dan salah satu dari peserta
memimpin doa untuk memulai makan, selesai berdoa, barulah kita semua bisa makan
:D. Setelah agenda makan, biasanya ada bunyi dentingan gelas dari meja dosen
(ting-ting-ting), itu artinya akan ada beberapa pengumuman, dan tak jarang ada
pengumuman barang yang tertinggal di lapangan, ini biasanya diakhiri dengan
sesi hiburan (sang pemilik barang “nyanyi” sebagai hukuman meninggalkan barang
di lapangan), ada beberapa lagu yang tercipta dari agenda ini, lagu Thomas dan
Laundry :D.
 |
Makan Bersama di Aula |
Jadwal disini benar-benar padat merayap, setiap pagi kita harus
bersiap siap, tepat jam 7 makan pagi, jam 8 berangkat ke lapangan, jam 4 atau
jam 5 pulang dari lapangan, jam 7 malam makan malam, jam 8-11 malam kelas malam
atau nugas (buat laporan), jam 11 pulang ke asrama, baru bisa tiduuurr.
Karang 1-Kelas Obeservasi
(15-17 Mei 2015)
15 Mei 2015
Ini adalah kelas pertama yang harus diikuti, peserta dibagi menjadi
empat kelompok besar. Setiap kelompok dibimbing oleh 2 dosen dan 1 asisten. Aku
berada di kelompok 4, dengan dosen pembimbing pak Agus dan pak Uki. Kami berangkat
menuju kelas yang berada di pinggiran sungai Luk Ulo (nama sungai di Kabupaten
Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga
bermuara di samudra Hindia. Sungai Luk Ulo pada awalnya merupakan sungai bawah
laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar
117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang
berkelok – kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk
(Alur) Ulo (Ular) sumber: yodataruna.wordpress.com).
 |
Kali Luk Ulo |
Disana kami diajari tentang bagaimana menentukan lokasi pada peta.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah dengan meletakkan utara peta sejajar
dengan utara kompas, lalu mulailah mengamati keadaan sekitar, seperti
keberadaan gunung, bukit, ataupun sungai disekitar lokasi. Selanjutnya
dilakukan metode menembak dengan kompas pada puncak gunung tersebut untuk
mengetahui arah bukit tersebut dari titik lokasi kita. Pada daerah tersebut
terdapat dua gunung, yaitu gunung Paras dan gunung Parang, kami menembak kedua
gunung tersebut, setelah mendapatkan arahnya di plot pada peta dan titik temu
dari kedua arah tersebut merupakan lokasi keberadaan kita.
Setelah itu, kami diajari bagaimana menggunakan kompas dalam
pengukuran bidang dan garis, beberapa peserta diminta maju kedepan dan
memperagakan cara menggunakan kompas. Matahari semakin naik, dan semakin
membakar kulit, Alhamdulillah, karena hari itu hari Jum’at akhirnya kuliah
diselesaikan dan kita diminta kembali berkumpul selesai shalat Jum’at.
Setelah shalat Jum’at, tujuannya adalah kali Jebug. Seperti sebelunya
kami diminta orientasi medan dan penentuan lokasi. Setelah itu, peserta diminta
mengamati singkapan dari hulu ke hilir. Dimulailah pekerjaan “ngebatu”, peserta
mengamati “clue” pada setiap tubuh batuan dengan bantuan senjata kompas, palu,
lup, dan HCl. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada daerah ini terdapat
litologi batulempung bersisik (scaly clay)
kontak dengan batuan beku intrusif diabas. Selain itu, ditemukan juga variasi
warna batulempung semakin ke arah utara. Ditemukan juga slickenslide yang menandakan bahwa pada daerah ini telah terjadi
sesar.
 |
Kali Jebug Mission |
16 Mei 2015
Hari kedua, kami memiliki 3 kelas dengan lokasi yang berbeda. Kelas
pertama berada di daerah Gunung Parang. Untuk menuju daerah ini dibutuhkan
stamina yang lumayan baik, karena lokasinya yang berada di ketinggian, alhasil
sesampainya di atas lumayan ngos-ngosan. Ada satu pemandangan yang cukup impas
membayar perjuangan naik gunung Parang, diatas kami disuguhi pesona kekar kolom
yang biasanya hanya kulihat di buku-buku teks geologi (Masha Allah). Diatas
telah menunggu dua orang dosen Bu Emmy dan Pak Bambang (Pak BP), seperti biasa
kami diminta menentukan lokasi, membuat sketsa singkapan dan mendeskripsikan
clue yang terdapat pada singkapan batuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jenis batuan pada singkapan ini berupa batuan beku intrusif diabas, ditandai
dengan kontak dengan batulempung. Bu Emmy memberikan pemahaman yang detail
mengenai singkapan ini dari sisi petrografi, yaitu dari tekstur yang
ditunjukkan oleh batuan tersebut, serta kehadiran mineral pada batuan ini.
 |
Kekar Kolom Gunung Parang |
Kelas kedua terletak di pinggir Sungai Luk Ulo, dengan dosen Pak
Mino dan Mas Igun. Kelas ini teramat panas, apalagi kami berada disana tepat
tengah hari. Sehingga hasilnya kurang efektif karena beberapa peserta sudah
mulai berpayung-ria. Dari penjelasan dan pengamatan, diketahui bahwa daerah ini
berupa singkapan batuan metamorf filit, yang telah mengalami peristiwa struktur
cukup kompleks. Hal ini ditandai dengan kehadiran struktur foliasi, lipatan,
breksiasi, serta kehadiran boudin.
Kelas terakhir terletak di Pesanggrahan, ini merupakan kelas Pak
Yan dan Bu Rina. Terdapat singkapan berupa batuan sedimen klastik berselingan
dengan batulempung, sepanjang sungai lok Ulo. Kami diminta mendeskripsikan
lapisan-lapisan batuan pada daerah ini.
17 Mei 2015
Pada hari ketiga kami diminta mendeskripsikan 3 daerah yang
keseluruhannya merupakan singkapan batuansedimen. 3 kelas ini berada di
Kaligending, Jatibungkus, dan Waturanda. Kaligending menampilkan singkapan
sedimen klastik berupa perselingan batupasir dan batulempung. Adapun daerah
Jatibungkus memperlihatkan singkapan berupa batugamping dengan beberapa fosil
berupa foraminifera, red algae, dan mollusca, dari beberapa ciri-ciri
tersebut kemungkinan lingkungan pengendapan daerah ini berada di shallow marine. Daerah terakhir,
Waturanda berada di tepi jalan raya Karangsambung, singkapan ini beruapa
perselingan breksi dan batupasir.
Karang 2-Kelas Lintasan
Geologi(LG) (18-20 Mei 2015)
Pada kelas LG kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri
dari 3 orang. Aku sekelompok Syafiq dan Agung. LG dibagi menjadi dua lintasan,
lintasan tertutup dan lintasan terbuka. Hal yang harus dilakukan adalah membuat
peta lintasan dengan cara menembakkan kompas dari satu patok ke patok
berikutnya, serta menghitung kemiringan lerengnya, selanjutnya juga dilakukan
pembuatan peta kontur dan dekripsi batuan pada singkapan yang ditemui. Dan
ternyata dari hasil-hasil pengamatan di lapangan bisa menghasilkan peta
geologi.
 |
Tarik Tali, Tembak Kompas, Deskripsiii... :D |
Karang 3-Kelas
Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) (21-23 Mei 2015)
Kelas PPS dibimbing oleh dosen-dosen sedimentologi dan stratigrafi Pak
Nuki dan Pak Djuhaeni. Yang kami lakukan adalah mengukur lapisan pada batuan
sedimen serta mendeskripsikan batuan tersebut dengan singkatan-singkatan
(seperti menulis sandi-sandi yang hanya dimengerti oleh para geologist sajaa
:D), output dari PPS adalah kolom stratigrafi suatu daerah dari top ke bottom.
Kali ini Aku sekelompok dengan Alam dan Fata, ini merupakan kelompok
“penyanyi”, jika salah satunya menyanyi, yang lain menyambut, selalu begitu,
hehe. Tapi ini cukup menghibur ditengah-tengah pembuatan laporan PPS yang
lumayan “hectic”.
 |
Semangat PPS |
Karang 4-Kelas
Observasi dan Analisis Struktur (24-26 Mei 2015)
Struktur dibagi menjadi 2 hari dilapangan dan 1 hari pembuatan laporan.
Kali ini Aku sekelompok dengan Titis dan Mirza. Hari pertama berada di kelas Kali
Soka. Disini banyak pemandangan struktur yang menakjubkan, mulai dari lipatan
antiklin minor yang terlihat jelas, serta kehadiran bidang sesar mendatar yang
juga jelas terlihat. Dari sini kami diminta mengukur struktur bidang dan struktur
garis serta membuat peta struktur pada daerah ini.
Hari selnjutnya kami menuju 2 singkapan yang
berada di Lok Ulo. Kelas pertama adalah kelas “FILIT PANGGANG”, ini bukan
sejenis kelas memasak, bukan juga sejenis makanan yang terasa nikmat aromanya
akibat cara memasaknya yang dipanggang. Tapi ini merupakan nama salah satu
kelas yang singkapannya berupa batuan metamorf-filit, yang jika kita berada
disana dari pagi hingga jam 1 siang, kita benar-benar akan dipanggang oleh
matahari, yang semakin siang semakin terik. Mungkin jika kita memasak telur
disana, benar-benar mateng :D. Alhasil dari singkapan ini dihasilkan kontak
yang tegas pada kulit kita (hitam-putih (alias belang)). Tetapi di daerah ini
sangat banyak penambang pasir yang menambang pasir pada pagi-siang hari yang
sangat terik, karena pada saat ini Lok Ulo airnya surut, kulit mereka telah
terlihat sangat gelap, tetapi tetap bersemangat bekerja. Aku banyak belajar
bersyukur disini, dan belajar bekerja keras. Banyak struktur yang ditemukan
disini mulai dari microfold, slickenslide, shear fracture, dan juga
breksiasi. Dari filit, kami menuju Kali Mandala, disini terdapat struktur
breksiasi, shear fracture serta slickenslide
 |
Filit Panggang |
Finally LIBUUURRR (27
Mei 2015)
Akhirnyaa tibalah hari
yang dinanti-nanti, untuk menarik nafas, sebelum menuju penjelajahan karang
selanjutnya, kami diberikan anugerah libur 1 hari, Alhamdulillah....Ya Allah.
*****Sejauh ini karsam memberikan efek yang lumayan besar padaku,
semakin gelap kulitnya, semakin belajar kuat untuk berjalan meskipun pada
awalnya kakinya lecet-lecet dan berakhir dengan kapalan T_T, dan mudah-mudahan
berat badannya bisa semakin bertambah, hehe(efek makan teratur 3x sehari).
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal ya Allah...
Terima kasih atas pelajaran berharga ini Ya Allah, semoga ilmu yang
kami peroleh disini menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, belajar dari
ciptaanMu yang agung, Maha Besar Allah...
“Dialah yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian
dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu kembali setelah dibangkitkan
(QS. Al-Mulk: 15).
Karang-5 Kelas
Geomorfologi
Kelas geomorfologi dibagi menjadi 2 hari, setiap peserta masuk dalam kelompok besar 7-8 orang perkelompok. Hari
pertama setiap peserta diberikan 2 peta geomorfologi, 1 peta besar
karangsambung dan 1 lagi peta geomorfologi sekitar daerah Lok Ulo hingga Wagir
Sambeng. Sebelum berangkat ke lapangan, pada pagi harinya kami diminta
menganalisis keadaan geomorfologi daerah tersebut, berdasarkan pola kerapatan
kontur, kelurusan sungai, serta dip slopenya. Berdasarkan analisis itu, kami
diminta membagi satuan batuan pada peta tersebut, serta menarik kelurusan yang
nantinya akan berkaitan dengan struktur yang harus dibuktikan di lapangan.
Setelah selesai menentukan satuan batuan dan kelurusan, kami diminta mewarnai
peta geomorfologi tersebut, dengan beberapa teknik cara pewarnaan yang baik.
Oya, kelas ini dibimbing oleh Pak Budi, Pak Imam, Bu Suryantini, dan Pak Agus.
 |
Menyusuri Lok Ulo |
Selesai mewarnai, kami berfoto bersama, dan memulai perjalanan
untuk membuktikan hasil interpretasi yang telah dilakukan pada peta
geomorfologi. Tujuan pertama adalah daerah endapan aluvial Kali Luk Ulo. Untuk
menuju daerah ini, kami harus menyebrangi Kali Lok Ulo, beruntung kami
menyebranginya di pagi hari karena kali Lok Ulo sedang dalam posisi surut. Satu
persatu peserta menyebrangi kali dengan saling berpegangan. Akhirnya tibalah
kami di seberang disana seperti biasa kami diminta orientasi lokasi dan
menentukan titik lokasi pada peta geomorfologi dan mulai mendeskripsikan
endapan aluvial serta proses geomorfologi yang terjadi pada daerah tersebut, seperti
erosi dan sedimentasi. Perjalanan masih dilanjutkan dengan menelusuri kali Lok
Ulo menuju ke arah selatan, pada stasiun pengamatan ke 4, ditemukan arah
breksiasi yang searah dengan pola kelurusan yang telah diinterpretasi
sebelumnya. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Bukit Wagir Sambeng (158 m),
tujuannya adalah untuk menggambar sketsa geomorfologi dari bukit tersebut. Kali
giliran kelompokku yang memimpin jalur menuju Bukit Wagir Sambeng, kami mulai
mendaki, beberapa kali tampak singkapan rijang di sisi jalan setapak yang kami
lewati. Pak Budi mengajak kelompok kami untuk berfoto diantara ilalang sebelum
menuju puncak Wagir Sambeng.
 |
Menuju Puncaak "Wagir Sambeng" *foto oleh Pak Budi |
Akhirnya sampailah kami di puncak Wagir Sambeng,
angin bertiup dengan lembut menyambut kedatangan kami seakan ingin mengisi
kembali pernafasan kami yang sesak akibat pendakian dengan udara segar. Aku
berdecak kagum menyaksikan pesona ciptaan Allah, maha besar Allah. Dari atas
puncak, kami menyaksikan jejeran pegunungan dari Timur ke Barat mulai dari G.
Parang, G. Prahu, G. Bujil, G. Dliwang, dan Bukit Jatibungkus, tampak kali Lok
Ulo mengelok indah diantara jejeran pegunungan. Pak Budi meminta kami membuat
sketsa pegunungan itu, dengan beberapa teknik pembuatan sketsa yang telah
diajarkan. Alhamdulillah, akhirnya jadilah sketsa pertamaku :D. Saat pulang
kami kembali menyebrangi Kali Lok Ulo, Aku hampir hanyuut, ternyata jalur yang
kami pilih lumayan dalam dan deras arusnya T_T.
Hari ke-2 kelas geomorfologi. Setiap kelompok diminta membuat
profil sungai dengan cara mengukur kedalaman, lebar, debit air sungai serta
menentukan proses geomorfologi yang terjadi pada daerah tersebut. Selain itu
kami juga diminta mengukur permukaan air tanah dan membandingkannya dengan permukaan
sungai. Untuk menentukan apakah didaerah tersebut terjadi efluen atau
influent?.
Kelompokku terdiri dari 3 orang cewek dan 5 orang cowok. Pada saat
pengukuran profil sungai ada beberapa kejadian yang cukup membuat heboh. Pada
pos singkapan kedua Alfa tenggelam saat akan melakukan pengukuran kedalaman
sungai, Fata mencoba menyelamatkan, hal yang sama terjadi padanya,
alhamdulillah mereka berdua selamat, tetapi 2 pasang sepatu boots mereka
hilang, dan kacamata Fata kehilangan salah satu lensanya. Pada singkapan
terakhir kembali kejadian ini terulang kembali, kali ini menimpa Agung, saat
dia berusaha untuk mengukur kedalaman kali Luk Ulo, ia ternyata berada di
daerah sungai yang beraliran cukup deras dan dalam, ia pun segera berteriak
meminta tolong, Mirza berusaha membantu Agung, dengan menariknya ke tepi. Alhamdulillah
selamat. Jadi total ada 3 orang anggota kelompokku yang hampir tenggelam di Lok
Ulo (*apa ini efek lagu Thomaas...thomaas...thomaas kecebur di Lok Uloo :().
 |
Alfa Kehilangan boots-nya :( |
 |
Misi Penyelamatan Agung :( |
p.s:
jika ingin menyebrangi sungai yang terbilang dalam jangan gunakan boots dan
kacamata Anda! :D
Karang-6 Kelas
Pra-Pemetaan
Pemetaan merupakan puncak dari kuliah lapangan Karsam. Pemetaan dibagi
menjadi 2 daerah yaitu Brujul dan Waturanda. Aku mendapat daerah Waturanda.
Sebelum memasuki pemetaan mandiri, kami memperoleh kelas pra-pemetaan (pemetaan
dibimbing oleh dosen), kelas ini dibagi menjadi dua hari. Hari pertama
kelompokku dibimbing oleh Pak Agus dan Buk Rina. Kami membuat jalur dari utara
ke selatan. Dimulai pada kali Welaran dan berakhir di Bendungan Kali Gending.
Hari kedua pra-pemetaan dibimbing oleh Pak Bambang dan pak Mirzam, kami
melakukan pemetaan pada daerah Ketapang sampai Tegalsari. Ditengah perjalanan kami ditraktir degan saat makan siang.
Alhamdulillah. Oya di daerah ini, jenis batuan yang ditemukan calcarenit,
calsilutit, batupasir karbonatan, dan batulempung karbonatan. Awalnya Aku
sangat kebingungan untuk membedakan calcarenit dan batupasir karbonatan, mengingat
keduanya sama-sama “ngecos” saat diberikan HCl, pak Mirzam menjelaskan jika
butirannya habis saat bereaksi dengan HCl, maka ia termasuk calcarenit
(batugamping klastik), akan tetapi jika butirannya tidak seluruhnya bereaksi
(masih bersisa litik) maka ia masih dikelompokkan kedalam batupasir karbonatan.
Wew, lumayan rempong juga ya ternyata, hehe.
 |
Makan Degan Bersama, Alhamdulillah *thanks to Pak BP & Pak Mirzam |
Karang-7 Kelas Pemetaan
(1- 11 Juni 2015)
Akhirnya sampailah pada kelas pemetaan mandiri, disini kami dilepas dan
dipercaya untuk melakukan pemetaan mandiri bersama beberapa orang teman, tanpa
dibimbing oleh dosen. Aku sekelompok bersama beberapa teman S2 Waturanger-TIM
CERIA (Mas Zuris, Ami, Thio, Shodaq, dan Erwin), baiknya Aku perkenalkan satu
persatu para personilnya, cekidot:
Mas Zuris, selaku ketua kelompok yang seringkali
memberikan pertimbangan dan keputusan dalam mementukan jalur dalam pemetaan
ini, ia dan Ami juga bertindak sebagai Ranger (penentu jalur). Hati-hati jika
bertemu Mas Zuris, bisa sakit perut karena gak bisa menahan tawa :D. Mas Zuris
juga selalu punya senjata ampuh yang cukup mematikan, yaitu “topi orange yang
tak lagi orange :P”(“you know what”).
Oya dia juga merupakan pencair suasana dan penemu banyak “gelar” ditim ini.
 |
Mas Zuris dan Topi Kebanggaannya :D |
Ami, bertindak sebagai pembaca GPS dan ranger.
Setiap berada pada suatu posisi, Ami akan membacakan posisi 354....., 950....
Ami merupakan salah satu personil yang baru diketahui memiliki bakat
“ciee-ciee” (geleng-geleng :D). Jika kita berbicara masalah posisi, tak lengkap
rasanya jika tak mengenal sang plotter :D.
 |
Ami dan Mas Zuris |
Thio, merupakan plotter dalam tim ini. Ami dan
Thio merupakan satu paket lengkap dalam penentuan posisi. Thio dengan tingkat
ketelitiannya yang tinggi akan mem-plot posisi yang dibacakan oleh Ami. Dari
sanalah kami mengetahui posisi singkapan yang akan di observasi. Oya, Aku
adalah orang yang paling berbahagia kalau Thio sudah request untuk “Check Point”
:D (*salah satu modus untuk istirahat).
 |
Thioo, check point please :D |
Shodaq, observasi singkapan membutuhkan
setidaknya 2 hal, yang pertama pengukuran kedudukan bidang dan litologi. Shodaq
merupakan pengukur kedudukan yang tak jarang berdebat dengan Erwin sebagai
partner klop nya, meskipun terkadang hanya berbeda 2 derajat, ataupun untuk
memnetukan batupasir halus dan batupasir sangat halus :D (*geleng-geleng).
 |
Shodaq dan Erwin, partner KLOPP |
Erwin, jika Shodaq pengukur kedudukan, Erwin-lah
yang menentukan litologi suatu singkapan (apakah ia termasuk calcarenit atau
batupasir gampingan??? :D). Erwin juga mengukur ketebalan suatu lapisan, guna
untuk pembuatan penampang stratigrafi singkapan tersebut. Erwin adalah orang
yang biasa dipanggil oleh Mas Zuris dengan gelar
Ganesh :D (sang dewa ilmu pengetahuan, hihi, ini ada alasan tertentu dibaliknya).
Erwin juga memiliki suara yang bagus, apalagi kalau menyanyikan lagu (Pergilah Kasih, Bakker (2015)) :D.
Aku, kalau dari tadi Aku bercerita panjang lebar
mengenai apa yang dilakukan anggota kelompokku dilapangan. Jadi tugasku apa?,
hehe. Aku merupakan orang yang merekam data-data yang diperoleh dilapangan
dalam BCL (Buku Catatan Lapangan), mulai dari sketsa, deskripsi singkapan serta
mencatat, apa-apa saja yang mereka peroleh, mulai dari posisi, kedudukan serta
PPS (nah lho? Semacam georeporter-kah? :D).
Hari 1 (1 Juni 2015)
Tujuan kami hari ini adalah daerah Alian, daerah paling selatan dari Peta
Waturanda. Disini pembagian tugas belum berjalan dengan baik, singkapan yang
berjarak terlalu dekat dideskripsi (mungkin karena terlalu bersemangat, maklum
hari pertama). Erwin juga sangat bersemangat untuk mendeskripsikan setiap
singkapan, beberapa kali akan dipanah Mas Zuris karena terlalu lama di satu
singkapan :D. Dari hari pertama ini kami belajar untuk tidak mendeskripsi
setiap singkapan yang berjarak terlalu dekat, ambil saja yang mewakili daerah
tersebut.
 |
Erwin berkomunikasi dengan singkapan *episode masih rajiiin :D |
Hari 2 (2 Juni 2015)
Hari kedua kami menuju daerah kali Jaya-Kali Kedungbener. Jalur hari ini
cukup baik (*prok prok ranger). Kami menemukan sesar naik di kali Jaya, kontak
tuff dengan batulempung karbonatan, dan shear fracture.
 |
Tuff disisi jalan raya |
Hari 3 (3 Juni 2015)
Lintasan pada hari ketiga berada pada Kali Jaya, disini ditemukan slump
serta lipatan antiklin.
 |
Slump dan skalanya |
Hari 4 (4 Juni 2015)
Tujuan pada hari keempat adalah daerah Tlepok, ditemukan lipatan
antiklin pada Kali Desa dan shear fracture.
 |
Shear Fracture |
Hari 5 (5 Juni 2015)
Tujuan pada hari kelima adalah Kali Grijek, ditemukan sesar minor
dan slump.
 |
Waterfall :) |
Hari 6 (6 Juni 2015)
Tujuan adalah bendungan Kali gending, ditemukan kontak breksi dan
batupasir. Ada satu kejadian disini, yang terjadi tanpa unsur kesengajaan,
ataupun dengan modus ingin meratakan eek (*kata Mas Zuris), Aku tidak sengaja
menginjak “eek” di atas batu. Dan jadilah Mas Zuris mengolok-olok dengan khas
logat Ambon-nya Erwin :”e..e.. Rahmi, jangan injak eek” :D. Jalur yang sangat
fantastis hari ini, tanpa direncanakan kami berhasil mencapai puncak Gunung
Gedog.
 |
Nemu Kontak |
Hari 7 (7 Juni 2015)
Tujuan kami pada hari ketujuh, yaitu daerah sepanjang Kali Lok Ulo.
Ditemukan litologi tuff, serta kontak breksi dan batupasir. Ditemukan juga
sesar naik serta slump diseberang bendungan Kali Gending.
 |
Slump |
Hari 8 (8 Juni 2015)
Tujuan pada hari kedelapan adalah Kali Suwuk, ditemukan litologi
batulempung berfragmen dan batupasir.
 |
Pelapukan Mengulit Bawang |
Hari 9 (9 Juni 2015)
Sebenarnya hari ini agak sedikit santai, karena sebagian besar
daerah telah dijelajahi. Sesampainya di Kali Soka, sebagian besar anggota
kelompokku langsung berjemur (serasa di pantai), hanya Erwin dan Shodaq yang
sangat rajin, langsung mengobservasi singkapan :D. Lintasan berada di sepanjang
kali Soka, ditemukan lipatan dan sesar mendatar.
 |
Ketika Kali Soka berasa di Pantaaii... |
Hari 10 (10 Juni 2015)
Agak kurang bersemangat berangkat hari ini, mengingat tujuan kami
adalah TPA kali Krembeng (Tempat Pembuangan Akhir), gak kebayang baunya kayak
gimana L. Alhamdulillah, salah seorang dosen (Pak Yan) bersedia menemani kami,
dan kelompok Brujul “Norma Geng” berangkat bersama dengan kami, Yeay Ramee :D.
Di dalam angkot seperti biasa Mas Zuris selalu membuat keramaian, dan Erwin
mulai membagi-bagikan masker, dan Aku sibuk membayangkan kali Krembeng dengan
sejuta aromanya :D. Akhirnya kami sampai di lokasi, beruntung pergi bersama
dosen, beberapa hal yang terlihat membingungkan dijelaskan dengan sangat baik.
Dari lintasan ini ditemukan struktur sesar naik dengan litologi berupa
batupasir, batulempung karbonatan dan terdapat sisipan tuff.
 |
Berguru pada Pak Yan |
Pada sore harinya kami melanjutkan pemetaan pada Gunung Bujil,
ditemukan lava bantal di daerah ini.
 |
Eksiiiss... |
Hari 11 (11 Juni 2015)
Pada hari ini kami dibebaskan memilih akan ke lapangan atau membuat
laporan di asrama, tetapi kelompokku yang sangat hobi masuk hutan ini
memutuskan untuk pergi ke lapangan L. Lintasan berada pada Kali Prekuh,
ditemukan litologi berupa tuff, kalkarenit dan kalsilutit.
 |
Tuff |
Laporan (12 Juni 2015)
Waktu-waktu pembuatan laporan merupakan waktunya “Senggol Bacok”
:D. Semuanya pada sibuk masing-masing mengerjakan laporannya, mulai dari mewarnai
peta, menarik struktur, membuat penampang, dan segala tetek-bengeknya yang
lumayan bikin riweuh karena dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Pada awalnya laporan ini dideadline pada jam 5 sore. Ada saja hal yang membuat sensitif, mulai dari
kehilangan pensil warna, spidol, penggaris, dan penghapus (langganan yang
paling sering hilang).
 |
Riweuuuuh |
Jam 5.00 sore
Masih banyak yang belum selesai, akhirnya dosen berbaik hati untuk
mengundurkan deadline pengumpulannya menjadi jam 10 malam. Akan tetapi Aku baru
mengumpulkannya menjelang jam 12 malam, dan memperoleh urutan sidang ke 83,
tanggal 14 Juni.
Sidang Tengah Malam (13
Juni 2015)
Mendapatkan kejutan ditengah malam, panik dong ya? :D
Aku yang dijadwalkan sidang karsam tanggal 14 Juni 2015, dan
tiba-tiba diminta untuk maju tanggal 13 Juni 2015 jam 10.30 malam.
Terburu-buru Aku segera berangkat menuju Aula bersama Norma, jujur
sedikit deg-degan, mengingat masih banyak hal yang sulit Aku jelaskan dari peta
geologi yang telah Aku buat.
Didepan aula terletak jejeran kursi “waiting list”, Aku segera
mengambil posisi disana, disamping kami ada beberapa teman yang baru saja
selesai sidang. Mereka sibuk menceritakan pengalaman mereka masing-masing, dan
hal itu semakin mengganggu suasana hati. Sekitar 15 menit menunggu, Rio turun
dari Aula atas dan memanggilku untuk maju. Aku bersegera menuju meja dengan 2
orang dosen penguji yang telah menunggu (Pak Edi dan Pak Mino).
Aku dibantu Rio menempelkan peta geologi, peta geomorfologi,
stratigrafi, serta sejarah geologi dari daerah pemetaan yang telah dilakukan.
Pada awalnya Pak Mino memberikan beberapa kalimat positif terkait peta yang kubuat :D.
Dimulailah presentasi singkat itu, beberapa kali pak Mino memotong, menanyakan
beberapa hal, seperti “Kenapa diberi nama satuan melange?”, “kenapa satuan
batuannya dibagi begini-dan begitu?”, serta pertanyaan kenapa-kenapa yang
lainnya, yang sebagian kujawab dengan “nyengir”. Intinya ujianku banyak
membahas struktur, yang ternyata Aku keliru membuat penampangnya :D,ckck,
bener2 deh...tapi Alhamdulillah berakhir juga, banyak dapat ilmu plus
pencerahan selama ujian...(DONE, Alhamdulillah).
Karang-Penutup
Alhamdulillah, selesai juga karang-karang itu. Kini hanya bersisa
beberapa hari lagi kami di Karsam, dengan satu agenda penutup, yaitu ekskursi.
Aku melihat rona-rona bahagia bercampur sedih dari wajah teman-teman, tidak
bisa dipungkiri meski awalnya banyak yang mengeluh, tapi kebersamaan di Karsam
juga menyimpan memori “indah” tersendiri bagi kami. Kamarku C-02, membuat acara
perpisahan “makan es krim bersama :D (thanks C-02, ukhtii...). beberapa dari
anak-anak cowok membuat acara perpisahan dengan mendaki puncak G. Brujul, dan
sebagian yang lain dengan kembang apinya.
 |
Personil C-02 (After) |
Satu kata penutup dari Pak Agus, usai makan malam di hari
terakhir...”semua peraturan Karsam saya cabut, dan mulai malam ini kalian kembali
ke kehidupan normal”...
Yah, menjalani kehidupan normal selepas satu bulan Karsam, mungkin
masih menyisakan sedikit-banyak kenangan tentang Karsam. Tetapi yang terpenting
kenangan-kenangan disetiap ruang kelas Karsam, pecahan-pecahan karang ilmu yang
harus kita sambungkan untuk bekal mempelajari alam Nya...Maha Besar Allah
dengan Keagungan Ciptaan-Nya.
KARANG_KARANG_YANG_TERSAMBUNG_end J.
 |
Bendungan Kali Gending
 |
Jembatan Gantung |
|
 |
Fansus-nya Anak Gaul Karsam *kata Andini |
 |
Rujak Favorit C-02 |
 |
Ekskursi Hari 1 |
 |
Lava bantal- Ekskursi Hari 2 |
 |
Waktunya Pulang |