Jumat, 24 Mei 2013

Rimba Ecoschool Part #2 Welcome to The Jungle!!!

Setelah beberapa kali info dadakan dan pengunduran keberangkatan ke Senami, akhirnya jadilah kami berangkat  ke Senami, pada hari kamis, 7 februari 2013, tepat di hari Ulang tahunku...
Pagi itu kami berangkat lebih kurang pada pukul 9.00 pagi, pertemuan dijanjikan di Mendalo Mas, Aku bersama Linda terlebih dahulu ke BMKG, mengantarkan sebuah surat penelitian, setelah itu kami langsung menyusul rombongan menuju Muara Bulian via Ness. Linda mengendalikan motor laksana Nimbus 2000 Harry Potter, sungguh membuatku serasa mau terbang, but never mind it’s make me happy Sob ;).
Sampailah kami di Senami kurang lebih pada pukul 11.00. Pertama kali kami mengunjungi rumah Cik Yam salah seorang pengrajin di daerah Suku Anak Dalam, seperti biasa dia menyambut kami dengan gurauan-gurauan kecil seperti tak peduli kami mau datang kesana atau tidak, yang sebenarnya Aku tahu ia sangat berbahagia dengan kedatangan kami. Kami satu-persatu menyalami Cik Yam, dan tak lupa kutanyakan kabarnya, Cik Yam bercerita kalau ia sudah beberapa lama ini demam dan asma. Aku bertanya apakah ia sudah berobat? Ia menjawab percuma saja berobat, uang kito habis kito kasihkan ke orang penyakit dak sembuh-sembuh...(#sungguh sebuah pemikiran yang sangat berbeda). Aku tidak ingin bertanya banyak lagi, pandanganku tertuju pada setumpuk kerajinan tangan yang telah selesai di anyam, kerajinan tangan dengan desain udang-udangan. Aku mengambil satu diantaranya, dan membawanya kepada Cik Yam, Cik Yam menjelaskan bahwa kerajinan itu sudah berjumlah kurang lebih 250 buah, segeralah bawa ke jambi.

Setelah lama bercerita dan melihat kreativitas Cik Yam yang baru, akhirnya kami meminta izin kepada Cik Yam untuk mengajak anak-anak bermain di Posyandu. Yaa, hari ini kami merubah planning Rimba Eco-skul, karena ternyata anak-anak disini sudah pulang dari sekolah sejak jam 10, jadi planning yang kami rencanakan setelah zuhur pun, kami ganti menjadi jam 11. Gentong (salah satu anak SAD) memanggil teman-temannya untuk berkumpul di Posyandu, entah bagaimana cara ia mengumpulkan teman-temannya tak sampai setengah jam telah berkumpul 12 orang anak. Ada Eka, Lilis, Yuda, Nangsang, Lana, Raju, Adel, Gea, Ima, Mira, Gentong, dan satu orang lagi yang aku lupa namanya.

Kami pun mulai mengajak adik-adik itu bernyanyi Mars Pendekar Lingkungan (seperti lirik yang sudah kuceritakan sebelumnya), bernyanyi sambil berekspresi J. Setelah itu kami mengajak adik-adik untuk bercerita mengenai tanaman-tanaman yang mereka kenal yang berada di sekitar mereka. Lalu kami mengajak mereka berjalan-jalan memasuki hutan, disana kami berjalan melihat-lihat pepohonan sambil melontarkan beberapa pertanyaan kepada adik-adik mengenai pengetahuan mereka terhadap pepohonan itu, dan kami tanyakan biasanya kegunaan pohon itu untuk apa saja. Ternyata pengetahuan mereka sudah cukup luas, seluruh pepohonan yang kami tanyakan bisa dijawabnya, meskipun dengan nama-nama yang tidak biasa kami dengar, seperti pohon ibol, sungkai, ati-ati, dan lain sebagainya.
Cukup lama kami berjalan-jalan wisata hutan bersama adik-adik, kemudian kami mengajak mereka keluar dari hutan, mereka meminta berfoto bersama (#haha ternyata pada narsis juga). Kami melanjutkan perjalanan ke jembatan Sungai Sigam, disana kami diberitahu mereka mengenai tanaman tubo ubi, buah-buahan yang bisa dipakai untuk meracun ikan, dimana cara penggunaannya, tubo ubi itu di masukkan ke dalam karung, kemudian di injak-injak setelah hancur, ditebarkan ke sungai-sungai, maka ikan-ikan akan terapung di sungai. Sungguh sebuah ilmu yang baru bagiku.
Akhirnya tibalah saatnya kami mengumpulkan adik-adik kembali ke Posyandu, kami membagikan snack berupa jajanan dan air minum kepada adik-adik, mereka tampak sangat berbahagia. Mereka juga menyanyikan lagu Happy B’day To You untukku, aku merasa sangat bahagia. Sebelum mereka pulang kami titipkan sebuah PR istimewa untuk mereka, yaitu mewawancarai orang tua mereka mengenai khasiat dari tanaman obat yang berada di hutan, setiap orang memiliki satu tanaman yang berbeda.
Banyak pelajaran yang Aku dapatkan dari ini, bahwa anak-anak SAD ternyata memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali tanaman-tanaman di hutan mereka, ini sebuah kearifan lokal yang harus terus dijaga dan diwariskan J.
Semangat terus Rimba Eco-school....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar