Pagi itu kami berangkat lebih
kurang pada pukul 9.00 pagi, pertemuan dijanjikan di Mendalo Mas, Aku bersama
Linda terlebih dahulu ke BMKG, mengantarkan sebuah surat penelitian, setelah
itu kami langsung menyusul rombongan menuju Muara Bulian via Ness. Linda
mengendalikan motor laksana Nimbus 2000 Harry Potter, sungguh membuatku serasa
mau terbang, but never mind it’s make me happy Sob ;).
Sampailah kami di Senami kurang
lebih pada pukul 11.00. Pertama kali kami mengunjungi rumah Cik Yam salah
seorang pengrajin di daerah Suku Anak Dalam, seperti biasa dia menyambut kami
dengan gurauan-gurauan kecil seperti tak peduli kami mau datang kesana atau
tidak, yang sebenarnya Aku tahu ia sangat berbahagia dengan kedatangan kami.
Kami satu-persatu menyalami Cik Yam, dan tak lupa kutanyakan kabarnya, Cik Yam
bercerita kalau ia sudah beberapa lama ini demam dan asma. Aku bertanya apakah
ia sudah berobat? Ia menjawab percuma saja berobat, uang kito habis kito
kasihkan ke orang penyakit dak sembuh-sembuh...(#sungguh sebuah pemikiran yang
sangat berbeda). Aku tidak ingin bertanya banyak lagi, pandanganku tertuju pada
setumpuk kerajinan tangan yang telah selesai di anyam, kerajinan tangan dengan
desain udang-udangan. Aku mengambil satu diantaranya, dan membawanya kepada Cik
Yam, Cik Yam menjelaskan bahwa kerajinan itu sudah berjumlah kurang lebih 250
buah, segeralah bawa ke jambi.
Setelah lama bercerita dan
melihat kreativitas Cik Yam yang baru, akhirnya kami meminta izin kepada Cik
Yam untuk mengajak anak-anak bermain di Posyandu. Yaa, hari ini kami merubah
planning Rimba Eco-skul, karena ternyata anak-anak disini sudah pulang dari
sekolah sejak jam 10, jadi planning yang kami rencanakan setelah zuhur pun,
kami ganti menjadi jam 11. Gentong (salah satu anak SAD) memanggil
teman-temannya untuk berkumpul di Posyandu, entah bagaimana cara ia
mengumpulkan teman-temannya tak sampai setengah jam telah berkumpul 12 orang
anak. Ada Eka, Lilis, Yuda, Nangsang, Lana, Raju, Adel, Gea, Ima, Mira,
Gentong, dan satu orang lagi yang aku lupa namanya.
Kami pun mulai mengajak adik-adik itu bernyanyi Mars Pendekar Lingkungan (seperti lirik yang sudah kuceritakan sebelumnya), bernyanyi sambil berekspresi J. Setelah itu kami mengajak adik-adik untuk bercerita mengenai tanaman-tanaman yang mereka kenal yang berada di sekitar mereka. Lalu kami mengajak mereka berjalan-jalan memasuki hutan, disana kami berjalan melihat-lihat pepohonan sambil melontarkan beberapa pertanyaan kepada adik-adik mengenai pengetahuan mereka terhadap pepohonan itu, dan kami tanyakan biasanya kegunaan pohon itu untuk apa saja. Ternyata pengetahuan mereka sudah cukup luas, seluruh pepohonan yang kami tanyakan bisa dijawabnya, meskipun dengan nama-nama yang tidak biasa kami dengar, seperti pohon ibol, sungkai, ati-ati, dan lain sebagainya.
Kami pun mulai mengajak adik-adik itu bernyanyi Mars Pendekar Lingkungan (seperti lirik yang sudah kuceritakan sebelumnya), bernyanyi sambil berekspresi J. Setelah itu kami mengajak adik-adik untuk bercerita mengenai tanaman-tanaman yang mereka kenal yang berada di sekitar mereka. Lalu kami mengajak mereka berjalan-jalan memasuki hutan, disana kami berjalan melihat-lihat pepohonan sambil melontarkan beberapa pertanyaan kepada adik-adik mengenai pengetahuan mereka terhadap pepohonan itu, dan kami tanyakan biasanya kegunaan pohon itu untuk apa saja. Ternyata pengetahuan mereka sudah cukup luas, seluruh pepohonan yang kami tanyakan bisa dijawabnya, meskipun dengan nama-nama yang tidak biasa kami dengar, seperti pohon ibol, sungkai, ati-ati, dan lain sebagainya.
Cukup lama kami berjalan-jalan
wisata hutan bersama adik-adik, kemudian kami mengajak mereka keluar dari
hutan, mereka meminta berfoto bersama (#haha ternyata pada narsis juga). Kami
melanjutkan perjalanan ke jembatan Sungai Sigam, disana kami diberitahu mereka
mengenai tanaman tubo ubi, buah-buahan yang bisa dipakai untuk meracun ikan,
dimana cara penggunaannya, tubo ubi itu di masukkan ke dalam karung, kemudian
di injak-injak setelah hancur, ditebarkan ke sungai-sungai, maka ikan-ikan akan
terapung di sungai. Sungguh sebuah ilmu yang baru bagiku.
Akhirnya tibalah saatnya kami
mengumpulkan adik-adik kembali ke Posyandu, kami membagikan snack berupa
jajanan dan air minum kepada adik-adik, mereka tampak sangat berbahagia. Mereka
juga menyanyikan lagu Happy B’day To You untukku, aku merasa sangat bahagia.
Sebelum mereka pulang kami titipkan sebuah PR istimewa untuk mereka, yaitu
mewawancarai orang tua mereka mengenai khasiat dari tanaman obat yang berada di
hutan, setiap orang memiliki satu tanaman yang berbeda.
Banyak pelajaran yang Aku
dapatkan dari ini, bahwa anak-anak SAD ternyata memiliki kemampuan yang baik
dalam mengenali tanaman-tanaman di hutan mereka, ini sebuah kearifan lokal yang
harus terus dijaga dan diwariskan J.
Semangat terus Rimba Eco-school....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar