Bismillah... 23
November 2013
Nada dering handphone-ku
berbunyi pukul 03.17 subuh. Aku tergerak setengah sadar untuk meraih handphone
biru yang berbunyi di sampingku, dan segera melihat nama pemanggil, GL Norma.
Sejenak Aku berfikir ditengah rasa kantuk yang masih menyerang, lalu dengan
segera tersadar dan menghilanglah semua rasa kantukku...
Teringat pada satu
ekspedisi pertama dan istimewa “Ekskursi Karbonat”, dan sms yang dikirim oleh
Ketua Gank, “semua peserta ekskursi harus
sampai di Kubus ITB paling lambat jam 05.00 pagi, kalau terlambat ditinggal,
karena dikhawatirkan terjebak macet 2 jam. Sms itu cukup menghipnotisku
untuk segera bangun dan memaksakan diri untuk mandi di suasana subuh Bandung
yang super dingin, dan Aku tahu Norma membangunkanku untuk ini.
Setelah bersiap,
berangkatlah Aku dan Norma ke ITB, tepat jam 04.10 dengan berjalan kaki
(*angkot Dipati Ukur-Panghegar belum bangun, dan baru beroperasi jam 07.00).
Satu pengalaman berharga, kali pertama bisa berjalan kaki dari Dipati Ukur ke
ITB yang ternyata memakan waktu kurang lebih 20 menit. Dalam perjalanan ada
seorang abang ojek yang mencoba menakut-nakuti kami dengan berkata, “Hati-hati
diculik”..hihi. Kami hanya tertawa sembari menahan rasa dingin yang menusuk.
Jam 04.30, kami
sampai di depan Kubus ITB dengan selamat, dan ternyata....
Jreng..jreng...
Kami adalah peserta pertama yang datang (Gubrak)...kekhawatiran tertinggal bis,
membuat kami terpacu, dan akhirnya menjadi peserta pertama J.
Setelah cukup lama
menunggu, mulailah teman-teman yang lain berdatangan. Perlu diketahui, peserta
ekskursi ini terdiri dari sekitar 40 orang mahasiswa S1 Teknik Geologi, 7 orang
mahasiswa Pra S2, dan 1 orang mahasiswa Geofisika. Setelah dilihat jam telah menunjukkan
pukul 06.30, dan kami baru bersiap untuk berangkat, “jam karet juga rupanya”
celetuk Norma yang terlihat sedikit kesal, mengingat kami telah menjadi
“manusia sangat pagi” hari ini...
Perjalanan menuju
Padalarang-Karst Citatah sekitar 1 jam. Karst Citatah merupakan suatu lokasi
batuan karbonat yang telah berumur Oligo-Miosen, fasies dan diagenesis batuan
disini lengkap. Dikatakan RajaMandala, karena kata salah seorang asisten, salah
satu nama desa di sekitar Karst Citatah bernama RajaMandala.
 |
Karst Citatah---google.com |
Sesampainya di lokasi,
kami harus berjalan mendaki menuju bagian atas dari Perbukitan Karbonat ini. Sepanjang perjalanan kami telah
menemukan pecahan-pecahan batuan karbonat di jalan setapak, di bagian atas,
kami menemukan mobil-mobil proyek, dan beberapa ekskavator yang digunakan untuk
mengumpulkan batuan-batuan karbonat oleh perusahaan yang mengolah batuan
karbonat. Kami terus berjalan ke bagian atas yang menuju singkapan batu
gamping, yang menjadi objek pengamatan kami. Salah seorang asisten, mulai
menjelaskan mengenai singkapan batu gamping yang berada dihadapan kami,
membagikan modul, dan berkisah mengenai fasies,
plate corals, branching corals, massive corals, encrusted, geopetal, talus,
stylolite dan berbagai macam istilah lain, yang beberapa di antaranya masih
sangat asing ditelingaku.
Kami mendapatkan tugas
untu menggambar profil dari singkapan batu gamping yang berada di depan kami.
Cukup sulit pada awalnya untuk membedakan beberapa hal pada singkapan itu,
seperti menentukan mana yang foraminifera, mana yang red algae?, karena menurut
penglihatan awamku, semua terlihat sangat mirip, berwarna putih J. Inilah yang dilakukan para geologist,
membaca singkapan batuan, mendeskripsikannya, dan kemudian bisa menyimpulkan
banyak hal dari sana, seperti arah pengendapan batuan tersebut, dahulunya
daerah tersebut seperti apa, dan berikutnya apa Sumber Daya Alam yang terdapat
disana yang bisa dimanfaatkan untuk kemashlahatan manusia.
Ekskursi yang menarik dan
cukup menantang, banyak ilmu yang dapat Aku pelajari dari sini...
*menjadi
satu-satunya peserta Ekskursi yang menggunakan rok J.