Sabtu, 09 November 2013
Bismillah...
Jumat,
di perkuliahan PPA kami (Geologist on Seven/ Sebutan buat mahasiswa Pra S2
Teknik Geologi), telah merencanakan untuk berkunjung ke museum Geologi, guna
mencari LUP dan KOMPARATOR, dua alat yang merupakan senjata para geologist J. Akhirnya setelah berdiskusi di grup Facebook
ada 2 orang teman yang tidak bisa hadir, mas Ali dan Syahrul, tapi kami berlima
tetap bersepakat akan pergi ke Museum Geologi jam 9 pagi.
Esoknya,
saya dan Norma termasuk orang yang ber “jam karet”, karena kami telat sampai ke
Museum Geologi. Dan ternyata, Sodaq adalah orang pertama yang datang, tapi dia
malah ikut seminar (#gubrak), trus Thio sama Erwin. Lalu disusul 2 bidadari
cantik J yang ber-jam karet.
Sesampainya di Museum Geologi, kami menuju tempat penjualan tiket yang juga
merupakan minimarket yang menjual peralatan-peralatan geologi dan souvenir
geologi. Kami membeli tiket yang dijual dengan sangat murah (Rp.2000/orang –
harga khusus mahasiswa), lalu kami menanyakan harga Lup dan Komparatornya, dan
ternyata harga Lup-nya cukup membuat mata terbelalak (300rb), komparator (32rb).
Setelah berpamitan sama mbak penjual tiket nya kami langsung menuju ke dalam
museum.
#First
Floor
![]() |
Fosil Gajah Purba |
Lantai
1 dari Museum geologi ini, terdiri dari 2 ruangan. Ruangan pertama berisi
poster-poster proses terbentuknya bumi, seperti dikatakan oleh teori NEBULA,
kalau Bumi itu berasal dari gas yang dimampatkan. Di dalam ruangan ini juga
terdapat fosil-fosil hewan laut yang kecil-kecil seperti Foraminifera sampai
yang besar seperti Gajah. Di dalam ruangan terdapat juga penggambaran proses evolusi.
Selanjutnya di ruangan kedua, diperlihatkan peta mengenai kondisi geografis
kota Bandung yang rata-rata terdiri dari dataran-dataran tinggi. Setelah cukup
puas, mengelilingi lantai satu, serta beberapa kali berfoto, kami pun
melanjutkan petualangan ke lantai 2.
#Second
Floor
Lantai
2 dari museum ini, juga terbagi atas 2 ruangan, yang terletak di bagian kanan
dan kiri tangga. Kami mulai memasuki ruangan pertama, yang kelihatan gelap dari
luar, ternyata ruangan ini berisi sejarah perkembangan penggunaan
mineral-mineral dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari penggunaan kapak
tradisional pada zaman dahulu, sampai dengan pemanfaatan bahan mineral untuk
teknologi saat ini, seperti : Laptop, Camera, dan Handphone. Masih di ruangan
pertama, terdapat alat untuk simulasi gempa, jadi bagi teman yang tinggal di
daerah yang belum pernah merasakan gempa (spt : Kalimantan), bisa mencoba alat
ini, untuk merasakan sensasi gempa. Selain itu, ruangan pertama ini juga
menjelaskan simulasi proses terjadi nya gempa dan tsunami.
Ruangan
kedua yang terlatak di depan ruangan pertama ini, berisi berbagai jenis batu
mulia, seperti emas, perak, berlian, dan semua batu-batuan yang sangat mahal
harga nya itu :D. Di sisi lain dari ruangan kedua, juga diperlihatkan simulasi
proses pembentukan minyak bumi, batu bara, serta energi terbarukan panas bumi.
Karena
hari sudah sangat siang, kami pun bersepakat untuk menghentikan petualangan
ini, meski sebenarnya saya sendiri masih sangat belum puas belajar disini, tapi
mengingat daerah sumatra tengah juga sudah minta di isi, akhirnya kami pun
keluar dari museum. Sebelum pulang kami membeli komparator yang harganya masih
sedikit bersahabat dengan kantong mahasiswa, dan makan batagor bersama.
#mulai_lebih_memahami_kenapa_saya_ada_disini
J