Ashoka Young
Changesmaker sebuah komunitas yang bergerak di bidang social enterprise mengirimkan sebuah undangan kepadaku untuk
menghadiri seleksi panel di Rumah Perubahan...
27 Nov 2012
Aku berangkat
pagi itu bersama Kak Bella kakak tingkatku di Universitas Jambi yang juga
sama-sama mengikuti seleksi panel ashoka. Aku membawa peralatan-peralatan yang
diperlukan untuk presentasi, mengingat panitia tidak mempersiapkan infocus dan
laptop, jujur hal ini memacuku untuk berfikir keras mencari media alternatif
dalam presentasi. Akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan media karton dan
kak Bella menggunakan media kardus.
Kami tiba
zuhur di Jakarta, lalu shalat di musholla bandara Soetta, ternyata kak Bella
memiliki seorang teman juga yang juga megikuti seleksi panel, namanya Adit.
Kami akhirnya sepakat untuk pergi bersama ke Rumah Perubahan, dan memutuskan
untuk bertemu di Tanjung Priuk, dari bandara kami menaiki Damri menuju Priuk,
ini memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Bertemu Adit
di Priuk, dan ternyata dia pernah mengikuti sebuah acara yang dulu juga pernah
Aku ikuti di bandung, ternyata dunia itu sempit ya,,, J. Adit orangnya ramah, dan itu
membuat kami cepat akrab. Berangkatlah kami menuju rumah perubahan.
Kami menempuh
jalur busway-transit busway kampung rambutan-taxi untuk menuju rumah perubahan.
Selama di perjalanan tak henti-hentinya Aku membayangkan Rumah Perubahan,
sebuah impian yang telah lama Aku simpan saat melihat foto Pak Dede Martino di
Rumah Perubahan (suatu saat Aku akan kesana J).
Akhirnya sampailah kami di Rumah Perubahan, sebuah rumah yang didesain dengan
konsep alam dan budaya, semua sisi dan sudutnya penuh keunikan tersendiri.

Kami
dipersilahkan masuk oleh Mbak Nana panitia dari ashoka, aku memperhatikan
setiap sisi rumah ini, mulai dari kebiasaan melepaskan alas kaki untuk memasuki
area rumah ini, pertama kali kami bertemu dengan cafe yang berada di tingkat
satu rumah ini, dari sana kami memasuki kamar yang terletak di sebelah kiri
daria arah pintu utama, di sepanjang jalan menuju kamar, terdapat pagar yang
terbuat dari bambu, yang diikat dengan rotan, di bagian atas pagar terdapat
gantungan yang terbuat dari bambu yang apabila di tiup angin akan mengeluarkan
ritme musik yang membuat suasana seperti berada di sawah.
Memasuki kamar
aku juga menangkap keunikan tersendiri, tidak seperti hotel biasanya, di dalam
kamar terdapat lukisan dengan konsep alam, dan dari jendela kamar ini kami bisa
melihat kolam di bagian bawah kamar dengan gemericik suara air dari kerannya.
Benar-benar suasana yang membuat nyaman. Dan malam itu kami tidur dengan pulas.
28 November 2012
Aku bangun
dengan perasaan nyaman pagi itu, setelah menunaikan shalat subuh dan mandi, Aku
pun membuka-buka media presentasi, dan kemudian bersiap-siap menuju gedung
Power House, tempat kegiatan berlangsung. Berjalan kesana kami menggunakan
sendal jepit biru yang telah tersedia disini.
Sesampainya
disana, kami di ajak Mbak Cipi (salah seorang panitia dari Ashoka), untuk duduk
di saung, yang berada diatas kolam ikan. Disana Aku saling berkenalan dengan
teman-teman dari aktivitas sosial yang berbeda. Ada adit dari KANCIL, komunitas
anak nganjuk cinta ilmu, adit orangnya ramah dan bersahabat, ada juga Indah
dari Makassar, dia memiliki program mendidik anak-anak jalanan untuk belajar
membaca, dan keterampilan lifeskill lainnya, selanjutnya ada Muhammad dari
Tanoker, aktivitasnya bergerak di bidang kesehatan reproduksi, dengan cara
memberikan penyuluhan. Dan yang terakhir, ada yang dari Bali (aku lupa
namanya), dia memiliki inisiatif menciptakan teknologi sederhana yang murah,
yang dapat membantu kehidupan masyarakat pinggiran, misalnya teknologi
penjernihan air minum. Setelah kami saling berkenalan, Mbak Cipi menjelaskan
Ashoka dan kegiatan Young Changesmaker kepada kami. Aku menangkap tentang
Empathy, diamana ia sebuah kesadaran dari diri pribadi, saat melihat suatu
permasalahan, dan berusaha untuk membantu memecahkan permasalahan itu.
Cukup lama
kami berdiskusi, tibalah saatnya, Aku masuk ke gedung Power House untuk
menyampaikan aktivitas sosial yang telah
Al-Ardvici lakukan. Saat itu, hujan sedang mengguur kawasan Bekasi, dan Aku membawa
media persentasiku dengan dilindungi payung. Aku memasuki ruang persentasi,
terasa sedikit deg-degan, tapi ternyata Aku disambut oleh wajah-wajah ramah
para panelis. Segera aku menyerahkan bahan persentasiku kepada Mbak
Nana(panitia Ashoka yang berada di dalam ruangan). Selanjutnya, para panelis
memperkenalkan diri masing-masing, pertama Ibu Mira dari Ashoka Indonesia, Pak
Wahyu Indiro dari Rumah Perubahan spesifik mengenai kewirausahaan sosial, Pak
.... dari Kick Andy, dan Ibu Nia dari Guru Pembaharu. Aku sempat terperangah,
ternyata Aku berhadapan dengan orang-orang hebat. Panelis mempersilahkanku
untuk menceritakan kegiatan sosial yang dilakukan, Aku memulai dengan latar
belakang kegiatan ini dilakukan, tujuan, bentuk kegiatan, output, serta apa yang
ingin kami lakukan ke depan. Panelis terlihat sangat tertarik dengan apa yang
aku bicarakan, dan pertanyaan pertama yang kuterima, “Coba ceritakan pertama
kali kalian masuk ke daerah Suku Anak Dalam”, selanjutnya diikuti
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada wirausaha nya, mengenai pembagian
hasil, branding produk, serta HAKI. Aku banyak mendapat masukan dari diskusi
panel ini, pertama bagaimana menjalankan usaha dengan fairtrade (perdagangan
yang adil), kemudian memperjuangkan hak kekayaan intelektual (HAKI) dari prosuk
ini, serta bagaimana cara membangun aktivitas sosial dengan baik.
Setelah
selesai persentasi Aku kembali berkumpul dengan teman-teman yang lain. Mereka
mengajak berjalan-jalan mengelilingi area sekita Rumah Perubahan, aku langsung
menyetujui nya, karena aku memang sangat tertarik untuk melihat segala sesuatu
yang unik disini. Kami mulai berjalan dari kolam ikan, kemudian menuju area
outbond yang didesain sangat alami, ada kolam lumpurnya, kemudian kearah taman
bunga mini, disana terdapat bunga bangkai, inilah kali pertamaku menemukan
bunga bangkai.
Setelah puas
berjalan-jalan, kami kembali ke gedung Power House, ternyata para panelis telah
selesai berdiskusi, kami pun diajak bercerita oleh salah seorang panelis (Buk
Nia), dia menceritakan kegiatan yang dilakukannya di sekolah, bagaiman ia
berusaha memotivasi murid-muridnya untuk melakukan perubahan di sekolahnya.
Salah satu kegiatan yang diceritakannnya dalah, aktivitas sosial miridny, dalam
memfungsikan kembali WC sekolah yang telah lama tidak digunakan, mereka
bergoyong royong membersihkan WC, kemudian menerapkan sistem sumbangan bagi
yang ingin menggunakn WC. Dia juga menceritakan tentang aktivitas salah seorang
muridnya,mengenai bagaimanakah sekolah yang aman itu? Sekolah aman yang dimaksud
disini, adalah sekolah yang bahan bangunannya baik, sehingga mampu memberikan
rasa aman kepad murid untuk belajar disana, serta sekolah yang guru-gurunya
mampu memberikan rasa aman kepada murid-muridnya saat belajar. Buk Nia juga
bercerita, tentang bagaimana ia berusaha mengatasi permasalahan murid yang
bandel, sungguh Aku banyak mendapatkan ilmu dari guru pembaharu ini, ilmu
tetntang mengajar, dan mencintai profesi itu.
Malamnya, kami
berkumpul di lobby Rumah Perubahan, disan kami diberitahu hasil dari seleksi
panel, kami dipanggil satu persatu ke dadalam ruangan disana disampaikan
kelebihan dan kekurangan dari aktivitas sosail yang telah kita lakukan, serta
masukan-masukan untuk kedepannya. Alhamdulillah, Al-Ardvici SAD Rengke-rengke
dinyatakan bergabung dengan Ashoka.
Mudah-mudahan bisa terus memberikan kontribusi J
Ganbatte Kudasai....