Kamis, 08 Oktober 2015

Hanya Karena Izin Allah...

Hari minggu merupakan hari yang ramai dan macet untuk kawasan Monumen Perjuangan hingga Gedung Sate Bandung. Pasar tumpah atau biasa disebut Gazibu yang biasa digelar setiap pagi minggu hingga pukul 13.00 siang menjadi penyebabnya. Kosanku yang berada tepat di belakang Monumen otomatis terkena imbas ramai-macet ini. Seperti biasa jadwal mengajiku juga tepat di hari ini, pukul 13.00, Aku bersegera berangkat menyusuri keramaian pasar. Beberapa penjual sibuk membereskan dagangannya, yang lain masih sibuk melakukan transaksi jual–beli dan menawarkan dagangannya kepada para pembeli. Akhirnya Aku mendarat juga di angkot, setelah menembus labirin keramaian pasar. Perjalanan menuju PUSDAI agak sedikit memakan waktu, karena kondisi jalanan yang macet.

Akhirnya Aku sampai di PUSDAI, disana sudah ada teman yang menanti. Singkat cerita kami melingkar hari ini. Agenda berjalan seperti biasa, hingga tibalah waktunya tausiyah. Seorang teman, memulai bercerita dari pengalamannya yang terasa tak jauh juga dari pengalaman kami.

Kita mungkin pernah sangat menginginkan sesuatu, istilahnya “kekeuh sekali menginginkan sesuatu itu, hingga kita-pun berusaha keras untuk mendapatkannya. Di satu waktu Allah-pun menjawab keinginan kita, Allah mengabulkannya. Terkadang kita lupa, kita beranggapan bahwa “karena usaha yang kita lakukanlah hal itu terjadi”, sekalipun kita tahu persis bahwa hanya karena izin Allah-lah segala sesuatu terjadi. -Astaghfirullah.

Tapi di sisi lain saat Allah belum mengabulkan keinginan kita, kita-pun terkadang kecewa. Padahal kita seharusnya menyadari bahwa segala sesuatu itu terjadi hanya atas izin Allah, dan segala hal yang terjadi pada diri kita adalah yang terbaik dari Allah, sekalipun hal itu terlihat kurang baik dari sudut pandang kita untuk saat ini-Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.

Tawakal itu diawal, bukan diakhir. Seperti saat kita akan keluar rumah, kita mengucapkan “bismillahi tawaqqaltu ‘alallah la haula wa laa quwwata illa billah”, bukan saat kembali ke rumah kita berdoa seperti itu. Kembalikan segala urusan pada Allah-tawakal, karena tidak ada kekuatan selain dari Allah.

Tugas kita hanya bersyukur-bersyukur-bersyukur saja. Karena Nabi Muhammad saja yang telah dijamin syurga oleh Allah, melakukan ibadah dengan segala ketaatan karena kesyukurannya.

Terakhir, berdoa, dan minta doalah kepada orang tua kita, doakan anak keturunan kita dari sekarang. Seperti Nabi Muhammad SAW, yang merupakan jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS, -Mashaa Allah.

Tausiyah ini akhirnya berisi sesi curcol, yang berakhir dengan berita bahagia dari seorang teman. Rencana Allah memang selalu indah, dan segala sesuatu terjadi hanya karena izin Allah. Cukuplah Allah sebagai penolong kita J.
****
Teringat saat-saat Aku sangat ingin kuliah di keluar negeri, dan ibu tidak mengizinkannya. Bagaimana Aku begitu kekeuh saat itu bermohon meminta izin untuk mengikuti wawancara beasiswa Turki, dan ibu tetap menjawab tidak. Hingga Aku nekat tetap mengikutinya. Cukup halus, Allah menegurku melalui pewawancara yang tiba-tiba bertanya:
“Apakah orang tua Anda mengizinkan untuk kuliah di Turki?”
Dari sana Aku seolah mendapat tamparan yang keras. Ingat, ridha Allah bergantung ridha orang tua.

*Bandung, 04 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar